Hubungi Kami untuk :


Pengadaan Sarana dan Prasarana kependidikan dari PAUD, TK, SD, SMp hingga SMA sesuai juknis dan juklak

Jumat, 15 April 2011

Pencairan Dana BOS Pendidikan Tahun 2011 - Tercepat


Pencairan Dana BOS Banyumas Tercepat

TEMPO Interaktif, Purwokerto  -  Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menjadi daerah yang paling cepat mencairkan dana Bantuan Operasional Sekolah. Hanya dalam waktu enam hari, dana tersebut sudah disalurkan ke rekening sekolah-sekolah.

“Uang datang pada 19 Januari dan pada 25 Januari, dana tersebut sudah masuk rekening sekolah,” terang Kepala Dinas Pendidikan Banyumas, Santosa Edy Prabowo, saat ditemui di kantornya, Kamis (17/3).

Edy mengatakan, pada triwulan pertama ini, Banyumas mendapatkan dana BOS sebesar Rp 24 miliar. Total dalam setahun, Banyumas mendapatkan dana BOS sebesar Rp 94 miliar.

Ia mengatakan, sebelum penyaluran ke sekolah, Dinas sudah berkoordinasi dengan semua elemen sekolah. Dalam koordinasi tersebut, Dinas mensosialisasikan tentang perubahan mekanisme penyaluran dana BOS. Setelah dana BOS disalurkan, kata dia, sekolah sudah siap dengan program kerja masing-masing sekolah.

Dinas juga berkoordinasi dengan Dinas Pendapatan Daerah karena dana tersebut ditransfer oleh Kementerian Keuangan melalui Dinas tersebut. “Kami juga berkoordinasi dengan bagian hukum agar nantinya tidak ada permasalahan hukum,” katanya.

Pada saat pembuatan rencana anggaran penggunaan dana BOS, kata Edy, sekolah diminta transparan dan berkomitmen menggunakan dana BOS sesuai kebutuhan. Selain itu, dana tersebut juga harus jelas pertanggungjawabannya.

Sejak awal, kata Edy, Dinas berkomitmen untuk mempercepat pencairan dana BOS. Sebab, lanjutnya, dana BOS sangat dibutuhkan oleh sekolah untuk kegiatan operasional sekolah. “Dana yang dicairkan sudah sesuai dengan rencana anggaran masing-masing sekolah,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Dewan Pendidikan Banyumas, Trijoko Heranto mengatakan pencairan yang cepat harus disertai dengan pengawasan yang ketat. “Patut diapresiasi komitmennya, tapi jangan lupakan pengawasan,” katanya.

Ia mengatakan, seharusnya Pemerintah Banyumas menambah jumlah akuntan publik untuk mengawasi penggunaan dana tersebut. Sebab, menurutnya secara kualitatif dan kauantitatif, akuntan di Banyumas masih sangat kurang.

Pengerahan akuntan publik tersebut diharapkan bisa menekan angka penyelewengan penyaluran dana BOS. Ia juga berharap sekolah mau membuka program dan kebutuhan dananya kepada masyarakat agar penyaluran dana tersebut bisa terpantau oleh masyarakat. “Mari kita bersama-sama awasi penyaluran dana BOS agar tepat sasaran,” ajaknya.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh mengancam akan memberikan sanksi bagi 315 kabupaten/kota yang hingga saat ini masih belum mencairkan dana BOS yang telah dikirimkan pemerintah pusat ke daerah.
Padahal, batas akhir pencairan dana BOS dari daerah ke sekolah untuk anggaran triwulan pertama tahun ini adalah pada Selasa (15/3) lalu. Nuh juga memberi apresiasi kepada Kabupaten Banyumas karena dianggap sebagai darah paling cepat dalam menyalurkan dana BOS.

ARIS ANDRIANTO

Pencairan Dana BOS Pendidikan 2011

Proses Pencairan Dana BOS Dipermudah PDF Print

Tuesday, 12 April 2011
JAKARTA– Pemerintah akan membenahi mekanisme penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di seluruh daerah. Rencananya, pencairan dana BOS mulai triwulan II 2011 akan dipermudah.


Bahkan,Wakil Presiden (Wapres) Boediono memerintahkan kementerian terkait membuka jalur khusus pencairan dana BOS.Hal ini diungkapkan Wapres Boediono saat memimpin rapat komite pendidikan dan evaluasi triwulan I 2011 dana BOS di Kantor Wapres, Jakarta, kemarin. Juru Bicara Wapres,Yopie Hidayat,mengatakan,salah satu kesimpulan dalam rapat komite pendidikan ini adalah adanya pembenahan mekanisme pencairan dana BOS.


Pembenahan itu di antaranya, pemerintah akan merevisi Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No13/2006 untuk memperkuat landasan hukum penyaluran dana BOS sehingga pemerintah daerah tidak ragu-ragu lagi dalam mencairkan dana BOS. Dalam revisi permendagri itu, ungkap Yopie,Wapres meminta adanya jalur khusus untuk penyaluran dana BOS.


Wapres menginginkan agar pencairan dana BOS tidak lagi menggunakan persyaratan penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) di sekolah. Menurut Yopie, selama ini, sekolah negeri diwajibkan mengajukan RKA untuk dapat menggunakan dana BOS. Menurut dia,tidak semua sekolah dapat memenuhi persyaratan ini. Terutama untuk sekolah di daerah terpencil.“Mereka tidak memiliki petugas dan kemampuan administratif untuk menyusun RKA,”paparnya.


Di banyak daerah, ujarnya,penerapan ketentuan ini juga beragam. Ada daerah yang bahkan menuntut sekolah menyusun RKA secara detail sebelum memberikan dana BOS. Padahal, Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) tidak mensyaratkan RKA secara detail.“Karena itu,Wapres meminta agar persyaratan ini ditinjau ulang,” tegasnya.


Selain itu, pemerintah juga akan meminta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan( BPKP) untukturutmembantu menyusun mekanisme baru pencairan dana BOS ini.Dengan demikian dapat ditemukan mekanisme yang cepat dan mudah serta tidak melanggar ketentuan penggunaan anggaran dan menimbulkan masalah hukum di kemudian hari.


Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Nasional Armida Alisjahbana mengatakan, keterlambatan penyaluran dana BOS di daerah tidak menyurutkan pemerintah untuk tetap konsisten dalam melaksanakan desentralisasi dana pendidikan melalui transfer dana ke daerah. “Jadi, secara prinsip dana BOS ini memang harus didesentralisasikan, ditransfer ke daerah, dan ini sudah betul. Tinggal sekarang masalah implementasi, ini kanbanyak masalah implementasi, yadiselesaikan saja kalau ada kekurangan-kekurangan itu,”tegasnya. neneng zubaidah/ant         



 
 

Pusat Sumber Belajar Virtual

FIP UM Kerjasama dengan PT Trans Media Edukasi dalam Uji Publik PSB-V

Dalam presentasinya Prof. Bambang Soepono (staf Ahli Mendiknas) mengatakan, “Kegiatan ini merupakan simulasi menggunakan komputer untuk mengakses berbagai macam buku untuk menunjang pendidikan di tingkat SD dan SMP. PT. Trans Media Edukasi ini telah menjalin kerja sama dengan enam perguruan tinggi diantaranya: Universitas Negeri Bengkulu, Universitas Negeri Manado, Universitas Negeri Mataram, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Jember serta beberapa Kopertis.
Selanjutnya dosen FKIP Universitas jember ini menambahkan, “Program ini adalah suatu program untuk meningkatkan prospeksif dan efektifi pembelajaran, dalam mempersingkat waktu sekitar 40 hari untuk mendownload beberapa bahan ajar untuk para guru. Karena program ini rencananya akan dilaunching pada tahun 2011, maka pihaknya akan terus menambahkan konten-konten terkait dengan kebutuhan pembelajaran yang dilaksanakan”.
“Di dalam konten ini pihaknya juga memperbanyak video, gambar, pengenalan bahasa asing, bahkan semua pelajaran tercakup di dalamnya dan menyortir beberapa konten yang tidak ada kaitannnya dengan sistem pembelajaran. Tetapi untuk sementara ini pihaknya masih berorientasi terhadap keterbatasan jaringan karena menggunakan sistem intranet yang hanya bisa di gunakan oleh sekolah yang berstandar internasional (RSDBI), dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit sekitar 95 juta rupiah uantuk awal pengaktifan pada tingkat Diknas Kabupaten dan Kota serta Rp. 300.000 untuk tiap-tiap sekolah perbulan.
Konten yang berisi tentang metode pembelajaran setingkat SD dan SMP bertaraf Internasional ini akan di publikasikan di Kota Malang, hanya dengan sekali investasi maka akan aktif sampai dengan lima tahun, tentunya harga RP. 95.000.000 itu akan dibiayai oleh RAPBN dan BOS yang bertujuan sebagai peningkatan metode pembelajaran diindonesia. Lebih dari 50.000 soal ujian sebagai bahan materi guru, dengan disediakannya hal itu maka potensi daerah akan mampu untuk membuka peluang selus-luasnya.
 (ANG)

Anggaran Pendidikan 2011

PENDIDIKAN - PENDIDIKAN
Selasa, 04 Januari 2011 , 18:11:00

JAKARTA - Total anggaran pendapatan belanja negara (APBN) 2011 sebanyak Rp1,229 triliun. Dari jumlah tersebut sebanyak Rp248 triliun (20,2%) dialokasikan untuk anggaran fungsi pendidikan. Sebanyak Rp158 triliun anggaran tersebut ditransfer ke daerah. "Enam puluh persen lebih dana pendidikan ditransfer ke daerah," kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh pada Sosialisasi Program Prioritas Kesra 2011 di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Jakarta, Selasa (4/1).

Mendiknas mengatakan, sebanyak Rp89 triliun anggaran fungsi pendidikan dialokasikan untuk pemerintah pusat. Dia merinci, dari anggaran pusat sebanyak Rp55 triliun untuk Kemdiknas, sekitar Rp27 triliun untuk Kemenag dan Rp6,8 triliun untuk kementerian/lembaga lainnya. "Ada 18 kementerian yang punya kewenangan untuk melaksanakan fungsi pendidikan. Oleh karena itu, anggarannya juga disebar," katanya.

Selain itu, alokasi dana pengembangan pendidikan nasional sebanyak Rp1 triliun. Disebutkan, total anggaran telah mencapai Rp2 triliun akumulasi tahun 2010 dan 2011. "Ini yang disebut dana abadi pendidikan," ujarnya.

Lebih lanjut Nuh mengatakan, dari anggaran Kemdiknas Rp55 triliun sebagian besar digunakan untuk program pendidikan dasar Rp12,7 triliun (23%), pendidikan menengah Rp5 triliun (9,1%), dan pendidikan tinggi Rp28,8 triliun (51,9%). "Anggaran Dikti (pendidikan tinggi) termasuk PNBP (penerimaan negara bukan pajak) dimasukkan, sehingga sangat besar," jelasnya.

Mendiknas mengatakan, ada lima prioritas anggaran Kemdiknas 2011. Pertama, untuk peningkatan akses dan mutu pendidikan anak usia dini (PAUD) Rp1,3 triliun. Kedua, penuntasan pendidikan dasar sembilan tahun Rp7,2 triliun dan Rp26 triliun ditransfer ke daerah. Ketiga, peningkatan mutu pendidikan vokasi (kejuruan)  Rp2,4 triliun. Prioritas keempat adalah percepatan peningkatan kualifikasi akademik guru ke S1/D4, sertifikasi dan rintisan pendidikan profesi guru Rp8 triliun, dan prioritas kelima percepatan peningkatan jumlah dosen S3 sebesar Rp2 triliun.

Di tempat yang sama, Menteri Agama (Menag) Surya Dharma Ali, mengatakan, program Kemenag 2011 adalah meningkatkan aksesibilitas pendidikan di lingkungan pendidikan agama dan keagamaan, sekaligus melakukan upaya meringankan beban pendidikan bagi siswa siswi maupun di lembaga pendidikan keagamaan lainnya. "Kemenag juga mengajak pemerintah daerah mewujudkan pendidikan gratis dari ibtidaiyah sampai aliyah," katanya.(cha/jpnn)